Jumat, 19 Juni 2009

Kuyang Banjar: Makhluk Langka yang dicari




Salah satu jenis hantu Banjar yang menarik untuk dikaji adalah kuyang. Karena, kuyang adalah makhluk yang hidup di dua alam, di alam hantu dan di alam manusia. Siang seperti manusia pada umumnya dan malam berubah menjadi hantu yang menakutkan. Konon katanya kuyang sekarang sedang dicari-cari dan diburu karena kemampuannya untuk mendatangkan kekayaan (uang) secara melimpah, entahlah!

Orang-orang di Bali menyebut kuyang dengan sebutan leak dan orang-orang di Sumatera menyebutnya palasik.

Kuyang sebagai makhluk penjadian ―dan tampaknya hanya perempuan― juga dikenal secara luas oleh masyarakat Thailand. Dalam masyarakat Suku Dayak Benuaq ada sebuah tarian Belian yang dinamakan dengan ’Tarian Kuyang’, yakni sebuah tarian yang ditujukan untuk mengusir hantu-hantu penjaga pohon-pohon yang besar dan tinggi agar tidak mengganggu manusia atau orang yang akan menebang pohon tersebut.

Kuyang adalah manusia hantu yang suka mengisap darah bekas seorang ibu melahirkan atau pula darah bayi yang baru dilahirkannya. Kuyang biasanya terbang dengan kepala dan isi perutnya pada malam hari untuk mencari mangsanya dan untuk mengelabui mangsanya, sewaktu-waktu ia bisa berubah menjadi seekor burung malam atau kucing. Kuyang juga memiliki dua gigi taring di kiri dan kanan mulutnya.

Kuyang adalah hantu perempuan yang pada dasarnya adalah manusia biasa, akan tetapi karena sebab atau ilmu tertentu ia kemudian berubah wujud menjadi hantu dan pada waktu-waktu tertentu terbang untuk mencari makan, yakni darah atau orok (bayi) yang baru dilahirkan. Orang Banjar percaya (sebagaimana juga orang Thailand dan Sumatera), bahwa dengan minyak tertentu ―biasa disebut dengan istilah minyak kuyang― yang digosokkan pada bagian sekeliling leher, seorang perempuan bisa berubah menjadi kuyang. Konon tujuannya menjadi kuyang adalah untuk awet muda dan keabadian hidup (panjang umur), karena meminum darah segar bayi.

Kuyang berbeda dengan makhluk sejenis, vampir (China) atau drakula (Barat) misalnya, yang juga mengisap darah manusia umumnya. Sebab, kuyang adalah seorang perempuan dan hanya mengisap darah bekas perempuan yang baru melahirkan atau darah bayi yang ada dalam kandungan (sehingga seperti keguguran) atau yang baru dilahirkan. Dan, untuk menandai mangsanya, kuyang biasanya mendatangi seorang perempuan yang sedang hamil besar dan mengusap perutnya. Sedangkan vampir dan drakula bisa laki-laki atau perempuan dan berasal dari manusia yang sudah mati, namun karena sebab tertentu mereka hidup atau dihidupkan kembali, sehingga untuk menopang kembalinya kehidupan tersebut, mereka harus makan atau meminum darah. Adapun kuyang berasal dari manusia hidup yang kemudian berubah menjadi makhluk penghisap darah.

Tidak semua kuyang disebabkan oleh minyak. Di Sumatera, kuyang atau palasik ada yang disebabkan karena memang keturunan (ilmu turunan) yang diwarisi oleh seseorang dari nenek moyangnya secara turun-temurun, oleh sebab itu, yang bersangkutan sendiri terkadang tidak menyadari dan tidak bisa menghindari bahwa dia adalah seorang palasik. Palasik dicirikan sebagai seorang perempuan yang tidak memiliki parit (belahan tengah) di atas bibirnya.

Sedangkan di Bali, kuyang atau leak lebih dipahami sebagai sebuah ilmu magis yang terbagi dua, leak yang beraliran ilmu hitam dan leak yang beraliran ilmu putih. Tujuan leak sebenarnya adalah untuk pertahanan, karena itu Leak di Bali ada laki-laki dan ada pula perempuan. Masing-Masing mereka yang berilmu leak memiliki tingkatan-tingkatan yang berbeda. Di antaranya, dalam leak beraliran ilmu hitam ada tingkatan yang di sebut Calon Arang. Tandingannya adalah tingkat Mpu Baradah dalam aliran leak putih. Tingkat tertinggi ilmu di leak aliran putih adalah tingkat Garuda Emas.

Orang Banjar sendiri mencirikan kuyang sebagai seorang perempuan berambut panjang yang jika berjalan siang hari selalu menutupi bekas guratan dilehernya atau menutupi bagian kepalanya dengan kain, supaya tidak kepanasan terkena sengatan matahari.

Orang Banjar meyakini bahwa kuyang adalah makhluk jadian yang takut dengan bawang merah, terlebih-lebih dengan bawang merah tunggal. Sedangkan jika vampir atau drakula takut dengan bawang putih. Kuyang takut dengan cermin, sisir, pisau, rumput jariangau, dan Yaasin. Itulah sebabnya, menjadi tradisi dalam masyarakat Banjar untuk meletakkan benda-benda tersebut didekat seorang perempuan yang baru melahirkan dan atau bayi yang baru dilahirkannya, agar terhindar dari gangguan kuyang. Bahkan, ketika bayi yang mereka lahirkan tersebut memasuki masa diayun atau dipukung, biasanya ditali ayunan juga diikatkan Yaasin.

Boleh jadi pula, tali ijuk ―pada waktu dulu, tali ijuk umum digunakan oleh orang Banjar sebagai tali ayunan―yang dipakai sebagai tali ayunan, kain kuning, atau pun bayi yang dipukung (dibedong, sehingga menutup bagian leher dan hanya kelihatan bagian wajah-kepala) dimaksudkan untuk mencegah dan menghindari gangguan kuyang atau makhluk-makhluk halus. Konon kuyang dan makhluk-makhluk halus pengganggu juga takut dengan tali ijuk. Karenanya, tali ijuk terkadang juga dijadikan sebagai dinding atau penghalat rumah, yakni dengan mengikatkan tali ijuk tersebut di sekeliling bagian atas (plafon) rumah.

Apa implikasi menarik yang bisa dikaji dari paham masyarakat Banjar terhadap eksistensi kuyang?

Pertama, kuyang mengajarkan kepada masyarakat Banjar untuk giat bekerja dan berusaha untuk mencapai tujuan, bukan dengan cara yang tidak legal, terlebih dengan mempertaruhkan hidup di jalan yang bertentangan dengan ajaran agama

Kedua, adanya kuyang mengajarkan kepada masyarakat Banjar, terutama para suami untuk menjaga istri dan anak-anaknya dengan baik dan kepada ibu-ibu hamil untuk menjaga kandungannya dengan baik pula, secara fisik ataupun psikis.

Ketiga, kuyang menyiratkan sebuah pemahaman akan adanya makhluk jadian setengah manusia setengah hantu atau perpaduan sifat dari keduanya.

Keempat, kuyang melahirkan budaya dan kebiasaan tertentu pada masyarakat Banjar, misalnya tradisi mamukung anak diayunan. Boleh jadi tujuannya adalah untuk menyimpan atau menyembunyikan anak dari incaran kuyang yang biasanya menggigit lewat leher.

Demikianlah, kuyang merupakan salah satu khazanah kepercayaan masyarakat Banjar terhadap makhluk jadi-jadian yang menarik untuk dikaji. Karena, kuyang memperlihatkan kepada kita semua, akan realitas sesosok makhluk yang merupakan perpaduan antara unsur fisik (manusia) dengan unsur metafisik (hantu). Kuyang juga menyimbolkan sosok makhluk penghisap darah yang secara maknawi prilakunya bisa ditemukan pada manusia modern sekarang ini.

‘Kuyang-kuyang, hantu-hantu.

Urang-urang, aku-aku’.

1 komentar: